Rabu, 03 Oktober 2012

KISAH NABI IBRAHIM AS 1


قُلۡنَا يَـٰنَارُ كُونِى بَرۡدً۬ا وَسَلَـٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٲهِيمَ

“ Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".!” ( QS Al-Anbiya: 69).



Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra'uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh.
Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam, A'ram, yang terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia. Pada tahun 2.295 SM.
Kerajaan Babilon waktu itu diperintah oleh seorang raja yang bengis dan mempunyai kekuasaan yang absolut dan zalim, ia bernama Namrudz bin Kan'aan.
Nabi Ibrahim as dianggap sebagai salah satu Nabi Ulul Azmi ia memiliki 2 orang putra yang dikemudian hari menjadi seorang Nabi, yaitu Ismail dan Ishaq. Sedangkan Yaqub adalah cucu dari Ibrahim.

Nabi Ibrahim as mendapat gelar dari Allah dengan gelar Khalil Allah
(Sahabat Allah).
Selain itu ia bersama anaknya, Ismail terkenal sebagai pengasas Kaabah.
Ia diangkat menjadi nabi dan diutus untuk kaum Kaldān yang terletak di kota Ur, negeri yang disebut kini sebagai Iraq.

Ayah Nabi Ibrahim as adalah seniman membuat patung yang ulung, dan sangat dicintai oleh Raja Namrud.
Patung-patung buatan ayahnya itu dijadikan sesembahan. Patung-patung itu dianggap sebagai Tuhan.


Masa Kecil Nabi Ibrahim as

Pada suatu ketika Namrudz mendapat firasat yang menunjukkan, bahwa kelak akan lahir seorang anak laki-laki yang dapat menggulingkan kekuasaannya. Saat itu Namrudz menjadi gelisah dan cemas, akan firasatnya yang benar-benar akan terjadi.
Maka Namrudz mengeluarkan undang-undang kerajaan, bahwa tidak ada satupun yang hidup dari bayi laki-laki dalam tahun ini, bila ada bayi laki-laki yang lahir id tidak akan segan-segan untuk membunuhnya, ia pun memerintahkan seluruh prajuritnya untuk menyebar kesegala penjuru daerah untuk mendata perempuan yang sedang hamil.
Tanpa ada rasa kemanusiaan semua bayi laki-laki yang baru saja lahir langsung dibunuh.

Ketika Nabi Ibrahim as dilahirkan,. ayahnya tidak kuasa untuk membunuh anaknya, Nabi Ibrahim as kemudian dibuang saja oleh ayahnya ke dalam hutan dengan fikiran akan mati juga dimakan binatang buas.
Tetapi kehendak Allah diluar kemampuan akal manusia, Nabi Ibrahim as dalam penjagaan Allah sehingga tak satupun binatang buas yang berada didalam hutan untuk mengganggu atau memakannya, bahkan Nabi Ibrahim as dalam keadaan sehat, karena Allah telah memberikan bila Nabi Ibrahim as menghisap jarinya maka keluarlah madu yang manis, sehingga dengan demikian nabi Ibrahim as tidak merasa lapar dan haus.

Tentu saja kejadian ini adalah aneh bagi kita,.. namun bagi Allah itu mudah, karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Inilah yang dinamakan IR-HASH,.. yaitu sesuatu keganjilan luar biasa yang terdapat pada diri Rasul semasa kecilnya dengan izin Allah Swt.

Setelah selang beberapa lama kemudian,.. ayah beserta ibunya mencoba menengok anaknya di gua tempat Nabi Ibrahim as disembunyikan.
Mula-mulanya mereka berkeyakinan anak pasti sudah mati, setelah mereka sampai disana, mereka terkejut melihat anaknya dalam keadaan sehat-sehat saja. Sejak itulah mereka sering menengok Nabi Ibrahim as secara sembunyi- sembunyi.

Selama satu tahun Nabi Ibrahim as tinggal didalam gua,.. setelah berumur satu tahun, orang tuanya membawa Nabi Ibrahim as pulang kerumah, karena masa pemberlakuan undang-undang kerajaan yang memerintahkan bahwa jika yang lahir anak laki-laki harus dibunuh sdh habis .


Masa Remaja Nabi Ibrahim as

Semakin hari Nabi Ibrahim as semakin dewasa, ia pun mulai bertanya kepada orang tuanya, siapa yang menciptakan alam.

"Wahai ibu dan ayahku, siapa yang telah menjadikan aku ini? tanyanya
Ayahnya menjawab : ''Ayah dan Ibu yang menjadikan kamu, karena kamu lahir disebabkan kami".
Kemudian Ibrahim bertanya lagi:
"Dan siapa pula yang menjadikan Ayah dan Ibu?
Jawab orang tuanya: "Ya Kakek dan nenekmu."
Demikian tanya jawab seterusnya sampai ketitik puncak, Nabi Ibrahim as menyatakan: "Siapakah orang pertama yang menjadikan semua ini..? Maka orang tuanya tidak bisa menjawab.
Nabi Ibrahim as bertanya kepada orang lain, namun mereka semua tidak bisa menjawab.

Nabi Ibrahim as kemudian menggunakan akal dan fikirannya untuk mencari Tuhan Sang Pecipta alam semesta ini, karena akal manusia sangat terbatas, Nabi Ibrahim as gagal untuk mengetahui siapa sebenarnya yang telah menciptakan alam semesta ini.

Firman Allah Swt.:
"Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang, katanya: Inilah Tuhanku...? Maka setelah dilihatnya bintang terbenam, ia berkata: Saya tidak akan berTuhan pada yang terbenam. Kemudian ketika melihat bulan purnama, iapun berkata lagi: Inilah Tuhanku...? Setelah bulan itu lenyap, lenyap pula pendapatnya berTuhan kepada bulan itu, seraya berkata: Sungguh kalau tidak Tuhan yang memberi petunjuk, tentu saya menjadi sesat. Maka ketika siang hari, nampak olehnya matahari yang sangat terang, ia pun berkata: Inikah Tuhanku yang sebenarnya...? Inilah yang lebih besar. Setelah matahari terbenam, iapun berkata: Hai kaumku! Saya tidak mau mempersekutukan Tuhan seperti kamu. Saya hanya berTuhan yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan sekali-kali saya tidak mau menyekutukanNya."
(QS. Al-An'am: 76-79)

Itulah cara Nabi Ibrahim as. mencari Tuhan dengan menggunakan akal fikiran untuk memperhatikan alam sekitarnya

Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme. Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting.
Sewaktu kecil Nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung tersebut, lalu dijadikan Tuhan oleh penduduk, menggangu pikiran dan perasaannya.

Dia selalu termenung dan bertanya-tanya, :
“Mengapa manusia menyembah Patung atau berhala-berhala itu..? Padahal patung-patung itu tidak dapat mendengar dan melihat, apalagi menghidupkan dan mematikan..?
Kalau berhala-berhala itu adalah Tuhan, yang dibuat manusia, siapakah yang menciptakan manusia..?”


Melihat tanda Kekuasaan Allah

Nabi Ibrahim as yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman dan keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.

Ia memohon kepada Allah:
"Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati." Allah menjawab permohonannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?." Nabi Ibrahim menjawab:"Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."

Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim as lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung, lalu setelah memperhatikan dan meneliti bagian-bagian tubuh burung itu, ia memotongnya menjadi berkeping-keping, mencampur-baurkannya, dan kemudian tubuh burung yang sudah hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di empat puncak bukit yang berbeda dan berjauhan.
Setelah dikerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah itu, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak tubuhnya dan terpisah jauh setiap bagian tubuhnya itu.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh dan bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya.
Lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada.

Dan dengan demikian tercapailah keinginan Nabi Ibrahim untuk menenteramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya, dan hanya kata "Kun Fayakun", maka terjadilah apa yang Dikehendaki-Nya.


Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya

Aazar,.. ayah Nabi Ibrahim sama sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala, ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan dariya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya.

Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah.

Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa.

Ia berkata kepada Nabi Ibrahim as dengan nada gusar:
"Hai Ibrahim..! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu di dalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."

Nabi Ibrahim menerima kemarahan dan kata-kata kasarnya ayahnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata:
" Wahai ayahku..! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu."
Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kafir.


Menghancurkan Berhala-berhala

Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun memengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Nabi Ibrahim as tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anuti dan ajaran yang ia bawa.

Pada suatu ketika adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babilonia bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat.
Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup.
Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi...Mereka keluar kota bersama Raja Namrud.

Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta tetapi berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mereka merasa kuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia turut serta

Tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya,. dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga.

Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim as berkata:
"Mengapa kamu tidak makan makanan yang lezat yang disajikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu."
Kemudian dihancurkannya patung-patung tsb dengan kapak yang berada di tangannya.
Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.

Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada heran dan takjub:
"Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?"
Selidik punya selidik,.. akhirnya tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu.

Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya.
Hari pengadilanpun ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.

Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap Raja Namrudz yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan,
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud:
"Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?"
Dengan tenang Nabi Ibrahim as menjawab:
"Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Coba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya."

Raja Namrudpun terdiam sejenak.lalu berkata:
" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat berbicara mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?"

Berkata Nabi Ibrahim as kepada Raja Namrud itu:
"Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan?
Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah kamu berfikir bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru....Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hinanya kamu dengan persembahan kamu itu."

Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya itu, Raja Namrud memutuskan keputusan bahwa Nabi Ibrahim as harus dibakar hidup-hidup
rakyatnya disuruh mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya untuk membakar Ibrahim.
Setelah kayu bakar itu terkumpul bertimbun-timbun, maka Api unggun besar pun dibuatnya.
Kemudian Nabi Ibrahim as di bakar di dalam api unggun yang berkobar-kobar itu dengan memasukkan Nabi Ibrahim ke dalam api dari jarak yang jauh dengan cara Ibrahim di letakkan di suatu tempat yang dapat dilentingkan seperti anak panah yang dapat di lentingkan dari jarak jauh ke arah sasaran yang dituju.

Merekapun merasa puas dan berkerumun menonton dari jauh peristiwa yang sangat mengerikan itu.
Mereka mengira bahwa Nabi Ibrahim as telah berakhir hidupnya dan merekalah yang menang dalam hal ini.
Tetapi alangkah terkejutnya mereka sewaktu api sudah padam, kayu bakar sudah habis,.. Nabi Ibrahim as keluar dari dalam api dengan selamat, bahkan sehelai rambut pun tak ada yang terbakar dan tak sedikitpun merasakan panasnya api tersebut. Allah berfirman kepada Api, :

قُلۡنَا يَـٰنَارُ كُونِى بَرۡدً۬ا وَسَلَـٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٲهِيمَ

“ Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".!” ( QS Al-Anbiya: 69).

Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh,.. tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda atas blog kami sngat berguna buat perbaikan di kemudian hari.
tutur kata yang santun mencerminkan pribadi yg bijak.
terima kasih atas kunjungan dan komentarnya.