KISAH NABI IBRAHIM AS 1
قُلۡنَا يَـٰنَارُ كُونِى بَرۡدً۬ا وَسَلَـٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٲهِيمَ
“ Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".!” ( QS Al-Anbiya: 69).
Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra'uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh.
Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam, A'ram, yang terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia. Pada tahun 2.295 SM.
Kerajaan Babilon waktu itu diperintah oleh seorang raja yang bengis dan
mempunyai kekuasaan yang absolut dan zalim, ia bernama Namrudz bin
Kan'aan.
Nabi Ibrahim as dianggap sebagai salah satu Nabi Ulul Azmi
ia memiliki 2 orang putra yang dikemudian hari menjadi seorang Nabi,
yaitu Ismail dan Ishaq. Sedangkan Yaqub adalah cucu dari Ibrahim.
Nabi Ibrahim as mendapat gelar dari Allah dengan gelar Khalil Allah
(Sahabat Allah).
Selain itu ia bersama anaknya, Ismail terkenal sebagai pengasas Kaabah.
Ia diangkat menjadi nabi dan diutus untuk kaum Kaldān yang terletak di kota Ur, negeri yang disebut kini sebagai Iraq.
Ayah Nabi Ibrahim as adalah seniman membuat patung yang ulung, dan sangat dicintai oleh Raja Namrud.
Patung-patung buatan ayahnya itu dijadikan sesembahan. Patung-patung itu dianggap sebagai Tuhan.
Masa Kecil Nabi Ibrahim as
Pada suatu ketika Namrudz mendapat firasat yang menunjukkan, bahwa
kelak akan lahir seorang anak laki-laki yang dapat menggulingkan
kekuasaannya. Saat itu Namrudz menjadi gelisah dan cemas, akan
firasatnya yang benar-benar akan terjadi.
Maka Namrudz mengeluarkan
undang-undang kerajaan, bahwa tidak ada satupun yang hidup dari bayi
laki-laki dalam tahun ini, bila ada bayi laki-laki yang lahir id tidak
akan segan-segan untuk membunuhnya, ia pun memerintahkan seluruh
prajuritnya untuk menyebar kesegala penjuru daerah untuk mendata
perempuan yang sedang hamil.
Tanpa ada rasa kemanusiaan semua bayi laki-laki yang baru saja lahir langsung dibunuh.
Ketika Nabi Ibrahim as dilahirkan,. ayahnya tidak kuasa untuk membunuh
anaknya, Nabi Ibrahim as kemudian dibuang saja oleh ayahnya ke dalam
hutan dengan fikiran akan mati juga dimakan binatang buas.
Tetapi
kehendak Allah diluar kemampuan akal manusia, Nabi Ibrahim as dalam
penjagaan Allah sehingga tak satupun binatang buas yang berada didalam
hutan untuk mengganggu atau memakannya, bahkan Nabi Ibrahim as dalam
keadaan sehat, karena Allah telah memberikan bila Nabi Ibrahim as
menghisap jarinya maka keluarlah madu yang manis, sehingga dengan
demikian nabi Ibrahim as tidak merasa lapar dan haus.
Tentu saja kejadian ini adalah aneh bagi kita,.. namun bagi Allah itu mudah, karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Inilah yang dinamakan IR-HASH,.. yaitu sesuatu keganjilan luar biasa
yang terdapat pada diri Rasul semasa kecilnya dengan izin Allah Swt.
Setelah selang beberapa lama kemudian,.. ayah beserta ibunya mencoba
menengok anaknya di gua tempat Nabi Ibrahim as disembunyikan.
Mula-mulanya mereka berkeyakinan anak pasti sudah mati, setelah mereka
sampai disana, mereka terkejut melihat anaknya dalam keadaan sehat-sehat
saja. Sejak itulah mereka sering menengok Nabi Ibrahim as secara
sembunyi- sembunyi.
Selama satu tahun Nabi Ibrahim as tinggal
didalam gua,.. setelah berumur satu tahun, orang tuanya membawa Nabi
Ibrahim as pulang kerumah, karena masa pemberlakuan undang-undang
kerajaan yang memerintahkan bahwa jika yang lahir anak laki-laki harus
dibunuh sdh habis .
Masa Remaja Nabi Ibrahim as
Semakin hari Nabi Ibrahim as semakin dewasa, ia pun mulai bertanya kepada orang tuanya, siapa yang menciptakan alam.
"Wahai ibu dan ayahku, siapa yang telah menjadikan aku ini? tanyanya
Ayahnya menjawab : ''Ayah dan Ibu yang menjadikan kamu, karena kamu lahir disebabkan kami".
Kemudian Ibrahim bertanya lagi:
"Dan siapa pula yang menjadikan Ayah dan Ibu?
Jawab orang tuanya: "Ya Kakek dan nenekmu."
Demikian tanya jawab seterusnya sampai ketitik puncak, Nabi Ibrahim as
menyatakan: "Siapakah orang pertama yang menjadikan semua ini..? Maka
orang tuanya tidak bisa menjawab.
Nabi Ibrahim as bertanya kepada orang lain, namun mereka semua tidak bisa menjawab.
Nabi Ibrahim as kemudian menggunakan akal dan fikirannya untuk mencari
Tuhan Sang Pecipta alam semesta ini, karena akal manusia sangat
terbatas, Nabi Ibrahim as gagal untuk mengetahui siapa sebenarnya yang
telah menciptakan alam semesta ini.
Firman Allah Swt.:
"Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang, katanya: Inilah
Tuhanku...? Maka setelah dilihatnya bintang terbenam, ia berkata: Saya
tidak akan berTuhan pada yang terbenam. Kemudian ketika melihat bulan
purnama, iapun berkata lagi: Inilah Tuhanku...? Setelah bulan itu
lenyap, lenyap pula pendapatnya berTuhan kepada bulan itu, seraya
berkata: Sungguh kalau tidak Tuhan yang memberi petunjuk, tentu saya
menjadi sesat. Maka ketika siang hari, nampak olehnya matahari yang
sangat terang, ia pun berkata: Inikah Tuhanku yang sebenarnya...? Inilah
yang lebih besar. Setelah matahari terbenam, iapun berkata: Hai kaumku!
Saya tidak mau mempersekutukan Tuhan seperti kamu. Saya hanya berTuhan
yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan sekali-kali saya tidak
mau menyekutukanNya."
(QS. Al-An'am: 76-79)
Itulah cara Nabi Ibrahim as. mencari Tuhan dengan menggunakan akal fikiran untuk memperhatikan alam sekitarnya
Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama
politeisme yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme.
Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting.
Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan
karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting.
Sewaktu
kecil Nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung
tersebut, lalu dijadikan Tuhan oleh penduduk, menggangu pikiran dan
perasaannya.
Dia selalu termenung dan bertanya-tanya, :
“Mengapa manusia menyembah Patung atau berhala-berhala itu..? Padahal
patung-patung itu tidak dapat mendengar dan melihat, apalagi
menghidupkan dan mematikan..?
Kalau berhala-berhala itu adalah Tuhan, yang dibuat manusia, siapakah yang menciptakan manusia..?”
Melihat tanda Kekuasaan Allah
Nabi Ibrahim as yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan
penyembahan berhala yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman
dan keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan hatinya serta
membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya
dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia
menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.
Ia memohon kepada Allah:
"Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan
makhluk-makhluk yang sudah mati." Allah menjawab permohonannya dengan
berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?."
Nabi Ibrahim menjawab:"Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan
percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali
melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat
ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh
keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."
Allah
mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim as lalu diperintahkanlah ia
menangkap empat ekor burung, lalu setelah memperhatikan dan meneliti
bagian-bagian tubuh burung itu, ia memotongnya menjadi berkeping-keping,
mencampur-baurkannya, dan kemudian tubuh burung yang sudah hancur-luluh
dan bercampur-baur itu diletakkan di empat puncak bukit yang berbeda
dan berjauhan.
Setelah dikerjakan apa yang telah diperintahkan oleh
Allah itu, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang
sudah terkoyak tubuhnya dan terpisah jauh setiap bagian tubuhnya itu.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor
burung itu dalam keadaan utuh dan bernyawa seperti sedia kala begitu
mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya.
Lalu
hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat
dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat
menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia
menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada.
Dan dengan demikian
tercapailah keinginan Nabi Ibrahim untuk menenteramkan hatinya dan
menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya,
bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau
di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya, dan hanya kata "Kun
Fayakun", maka terjadilah apa yang Dikehendaki-Nya.
Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya
Aazar,.. ayah Nabi Ibrahim sama sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan
dan menyembah berhala, ia adalah pedagang dari patung-patung yang
dibuat dan dipahatnya sendiri dan dariya orang membeli patung-patung
yang dijadikan persembahan.
Dengan sikap yang sopan dan adab
yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan
dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa
ia diutuskan oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul dan bahwa ia telah
diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya.
Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang
mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal
ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak
dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian
atau musibah.
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya
mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yang ditanggapinya
sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani
mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk
meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia
bawa.
Ia berkata kepada Nabi Ibrahim as dengan nada gusar:
"Hai Ibrahim..! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ?
Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan
agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba
mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama
ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan
persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi
bercampur denganmu di dalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah
engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan
engkau."
Nabi Ibrahim menerima kemarahan dan kata-kata kasarnya
ayahnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya
berkata:
" Wahai ayahku..! Semoga engkau selamat, aku akan tetap
memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan
persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang
yang celaka dan malang dengan doaku untukmu."
Lalu keluarlah Nabi
Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal
mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kafir.
Menghancurkan Berhala-berhala
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam
itu tidak sedikit pun memengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan
semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Nabi Ibrahim as tidak
henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan
bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anuti dan ajaran yang ia
bawa.
Pada suatu ketika adalah sudah menjadi tradisi dan
kebiasaan penduduk kerajaan Babilonia bahwa setiap tahun mereka keluar
kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai
keramat.
Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang
terbuka, berkemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup.
Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota
mereka kosong dan sunyi...Mereka keluar kota bersama Raja Namrud.
Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta tetapi berpura-pura
sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mereka merasa kuatir
bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan
menjalar di kalangan mereka bila ia turut serta
Tatkala melihat
kota sudah kosong dari penduduknya,. dengan membawa sebuah kapak
ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah
ditinggalkan tanpa penjaga.
Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim as berkata:
"Mengapa kamu tidak makan makanan yang lezat yang disajikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu."
Kemudian dihancurkannya patung-patung tsb dengan kapak yang berada di tangannya.
Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta
ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka
hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas
lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada heran dan takjub:
"Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?"
Selidik punya selidik,.. akhirnya tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu.
Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya
dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut
menyaksikannya.
Hari pengadilanpun ditentukan dan datang rakyat dari
segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang
disediakan bagi sidang pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim
datang menghadap Raja Namrudz yang akan mengadili ia disambut oleh para
hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan,
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud:
"Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?"
Dengan tenang Nabi Ibrahim as menjawab:
"Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang
melakukannya. Coba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang
menghancurkannya."
Raja Namrudpun terdiam sejenak.lalu berkata:
" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat berbicara mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?"
Berkata Nabi Ibrahim as kepada Raja Namrud itu:
"Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang
tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar,
tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat
menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan?
Alangkah bodohnya
kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah kamu berfikir
bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru....Mengapa kamu
tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling
kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan.
Alangkah hinanya kamu dengan persembahan kamu itu."
Setelah
selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya itu, Raja Namrud memutuskan
keputusan bahwa Nabi Ibrahim as harus dibakar hidup-hidup
rakyatnya disuruh mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya untuk membakar Ibrahim.
Setelah kayu bakar itu terkumpul bertimbun-timbun, maka Api unggun besar pun dibuatnya.
Kemudian Nabi Ibrahim as di bakar di dalam api unggun yang
berkobar-kobar itu dengan memasukkan Nabi Ibrahim ke dalam api dari
jarak yang jauh dengan cara Ibrahim di letakkan di suatu tempat yang
dapat dilentingkan seperti anak panah yang dapat di lentingkan dari
jarak jauh ke arah sasaran yang dituju.
Merekapun merasa puas dan berkerumun menonton dari jauh peristiwa yang sangat mengerikan itu.
Mereka mengira bahwa Nabi Ibrahim as telah berakhir hidupnya dan merekalah yang menang dalam hal ini.
Tetapi alangkah terkejutnya mereka sewaktu api sudah padam, kayu bakar
sudah habis,.. Nabi Ibrahim as keluar dari dalam api dengan selamat,
bahkan sehelai rambut pun tak ada yang terbakar dan tak sedikitpun
merasakan panasnya api tersebut. Allah berfirman kepada Api, :
قُلۡنَا يَـٰنَارُ كُونِى بَرۡدً۬ا وَسَلَـٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٲهِيمَ
“ Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".!” ( QS Al-Anbiya: 69).
Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut
bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah
Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan
kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat
pada tubuhnya tetap utuh,.. tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal
mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba
pilihannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar anda atas blog kami sngat berguna buat perbaikan di kemudian hari.
tutur kata yang santun mencerminkan pribadi yg bijak.
terima kasih atas kunjungan dan komentarnya.