Pengertian ilmu manfaat dan barokah
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa membawa pemiliknya agar
selalu taat pada Allah swt,mengamalkan ilmu untuk kepentingan bangsa masyarkat,
keluarga, dan pribadi khususnya. Dari defenisi diatas maka segala ilmu yang
tidak bisa mengajak pemiliknya untuk takut, tawadhu’ pada Allah swt, melainkan
justru mengajak pemiliknya untuk durhaka pada Allah swt, maka ilmu tersebut
disebut ilmu yang tidak bermanfaat. Pada dasarnya semua ilmu itu bermanfaat,
baik bagi urusan dunia maupun akhirat. Faktor memanfaatkan dan mudhllaradlah
yang kita harus mampu untuk memilah dan memilih. Demi kebahagiaan dunia, semua
dicari dengan ilmu, demi kebahagiaan akhirat, juga dengan ilmu.
Allah Ta’ala
berfirman :
“ Perumpamaan
orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya
(tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang
tebal. Sangatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”(Al-Jumuah : 5) Adapun ilmu yang Allah Ta’ala
sebutkan pada kedudukan tercela, yaitu ilmu sihir seperti firman-Nya :
“… Mereka
mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat. Dan sungguh
mereka sudah tahu barangsiapa memberi (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak
mendapat keuntungan diakhirat. Sungguh sanga buruk perbuatan mereka yang
menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka mengetahui.”
(Al-Baqarah
:102)
Rasululllah saw
bersabda :
“Perumpamaan
petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya laksana hujan deras yang
menimpa tanah. Diantara tanah itu ada yang subur. Ia menerima air lalu
menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang banyak. Diantaranya juga ada tanah
kering yang menyimpan air. Lalu Allah memberi manusia manfaat darinya sehingga
mereka meminumnya, mengairi tanaman dan berladang dengannya. Hujan itu juga
mengenai jenis (tanah) yang lain yaitu : yang tandus, yang tidak menyimpan air,
tidak pula menumbuhkan tanaman. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama
Allah, lalu ia mendapat manfaat dari apa yang Allah mengutus aku dengannya.
Juga perumpamaan atas orang yang tidak menaruh perhatian terhadapnya. Ia tidak
menerima petunjuk Allah yang dnegannya aku diutus.”
Rasulullah saw
ketika datang membawa ajaran agama Islam beliau mengumpamakannya dnegan hujan
yang dibutuhkan manusia. Kondisi manusia sebelum diutusnya Rasulullah saw
seperti tanah yang kering, gersang dan tandus. Kemudian kedatangan beliau
Rasulullah saw membawa ilmu yang bermanfaat, menghidupkan hati-hati yang mati
sebagaimana hujan menghidupkan tanah-tanah yang mati. Kemudian beliau
mengumpamakan orang yang mendengarkan ilmu agama dengan berbagai tanah yang
terkena air hujan, diantara mereka adalah orang alim yang mengamalkan ilmunya
dan mengajarkannya. Ornag ini seperti tanah subur yang menyerap air sehingga
dapat memberi manfaat bagi dirinya, kemudian tanah tersebut dapat menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan sehingga dapat memberi manfaat bagi yang lain.
Diantara mereka ada juga yang
menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu namun dia tidak mengamalkannya, akan
tetapi dia mengajrkannya untuk orang lain. Maka, dia bagaikan tanah yang
tergenangi air sehingga manusia dapat memanfaatkannya. Orang inilah yang
disebut dalam sabda beliau, “Allah memperindah seseorang yang mendengar
perkataan-perkataanku dan dia mengajrkannya seperti yang dia dengar.” Diantara
mereka ada juga yang mendnegar ilmu namun tidak mengahafal/menjaganya serta
tidak menyampaikannya kepada orang lain, maka perumpamaannya seperti tanah yang
berair atau tanah yang gersang yang tidak dapat menerima air sehingga merusak
tanah yang ada disekelilingnya.
§ Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah (wafat th 72811) rahimahullaah mengatakan :
“
Ilmu adalah apa yang dibangun diatas dalil dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu
yang dibawa Rasululllah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Terkadang ada ilmu yang
tidak berasal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tetapi dalam
urusan duniawai, seperti ilmu kedokteran, ilmu hitung, ilmu pertanian dan ilmu
perdagangan.”
§ Ibnu Rajab Al
Hanbali (wafat th 795 H) rahimahullaah mengatakan :
Pokok segala ilmu adalah mengenal Allah
subhanahu wa ta’ala yang akan menumbuhkan rasa takut kepada-Nya, cinta
kepada-Nya, dekat terhadap-Nya, tenang dengan-Nya, dan rindu pada-Nya. Kemudian
setelah itu berilmu tentang hukum-hukum Allah, apa yang dicintai-Nya dan
diridhai-Nya dari perbuatan, perkataan, keadaan atau keyakinan hamba.
Ibnu Rajab juga menjelaskan, ilmu
yang bermanfaat dari semua ilmu adalah mempelajari dengan benar ayat-ayat Al
Qur’an dan Hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta memahami maknanya
sesuai dengan yang ditafsirkan para shahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in.
Lalu mempelajari apa yang datang dari mereka tentang halal dan haram, zuhud dan
semacamnya, serta berusaha mempelajari mana yang shahih dan mana yang tidak
dari apa yang telah disebutkan.
§ Imam Mujahid
bin Jabr (wafat th 104 H) raahimahullaah mengatakan :
“Orang yang
faqih adalah orang yang takut kepada Allah Ta’ala meskipun ilmunya sedikit. Dan
orang yang bodoh adalah orang yang berbuat durhaka kepada Allah Ta’ala meskipun
ilmunya banyak.” Perkataan beliau rahimahullaah menunjukkan bahwa ada orang
yang menuntut ilmu dan mengajarkannya, namun ilmu tersebut tidak bermanfaat
bagi orang tersebut karena tidak membawanya kepada ketaatan kepada Allah
Ta’ala.
a.
Tanda-tanda Ilmu yang bermanfaat
1) Mengamalkannya
Mengamalkannya ilmu ini setelah anda
membenarkan apa yang anda ketahui ,jika ada seseorang yang tidak bisa
mengamalkan apa yang dia ketahui, maka ilmunya tidaklah bermanfaat. Tetapi,
apakah kemudian ilmu tersebut menjadi madharat atau hanya tidak bermanfaat
semata?Jawabnya adalah ilmu itu akan menjadi madharat baginya , karena
Rasulullah bersabda, “Al Qur’an akan menjadi sebab keberuntunganmu atau menjadi
sebab kecelakaanmu.” Oleh sebab itu, ilmu bisa menjadi sebab kebahagiaan bagi
anda atau sebab kesengsaraan.
2)
Tidak suka dipuji dan menyombongkan diri pada orang lain
Hal ini merupakan bencana yang menimpa
sebagian orang, dia merasa suci dan mengangggap bahwa apa yang dia katakan
adalah benar, dan jika orang laon menyelisihinya maka dia katakan orang itu
salah. Demikian halnya dengan sifat sombong, ada sebagian orang yang menjadi
sombong ketika Allah memberikan ilmu kepadanya.
3) Ilmu yang semakin bertambah maka dia akan semakin tawadhu’
4) Menjauhi cinta kedudukan,popularitas dan keduniaan
Maksudnya adalah janganlah karena ilmu yang
telah anda peroleh, lalu anda ingin menjadi pemimpin dan menjadikan ilmu yang
anda peroleh sebagai sarana untuk mencapai keuntungan duniawi.
5) Tidak mengaku-ngaku berilmu
Maknanya adalah jangan berpura-pura tahu
dan mengatakan “ Aku seorang ulama”.
b.
Ilmu Yang Tidak Bermanfaat
Adapun ilmu yang pada dasarnya dicela oleh
Allah swt, adalah seperti tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 102 dan surat
Ar Rum ayat 7
“Dan mereka
mengikuti apa yang dibaca setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka
mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), hanya syetan-syetan itulah
yang kafir (karena mengerjakan sihir). Mereka mengajrkan sihir kepada manusia
dan apa yang diharamkan pada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan
Marut. Sedang keduanya tidak mengerjakan sesuatu kepada seorangpun sebelum
mengatakan : Sesungguhnya kami hanya cobaab bagimu, karena itu janganlah kamu
kafir. Maka mereka mempelajari dari dua malaikat itu apa yang dengan sihir itu
mereka dapat menceraikan antara seorang suami dengan istrinya. Dan mereka itu
tidak memberi mudharat kepada seorangpun dengan sihirnya kecuali atas izin
Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak
memberi manfaat. Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa menukar
kitab Allah dengan sihir itu, tiadalah keuntungan baginya diakhirat. Dan amat
jahatlah perbuatan mereka menukar dirinya dengan sihir kalau mereka
mengatahui”. (Q.S. Al Baqarah : 102)
c.
Pengertian Barakah
Barakah
menurut arti lughat adalah berkat, bahagia, untung, tumbuh dan berkembang.
Menurut Kamus Al Muhith, Barakah artinya ialah bergerak, tumbuh, bertambah atau
bahagia ( Al Muhith, III : 293 ).
Menurut Imam Syamsuddin
al – Ssakhawi, barakah adalah :
المرد بالبركة ا لنمو وا لز تا د ة من ا لخير وا لكرا مت
“ Yang dimaksud
dengan barakah adalah berkembang dan bertambahnya kebaikan dan kemuliaan “.
Sesuatu
dianggap mempunyai barakah bila ia tumbuh, bergerak dan memberi kebahagiaan
kepada mempunyai.
Pengertian
barakah ini kemudian tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Islam
sehingga menjadi suatu istilah tersendiri.
Imam Al Khazin
berpendapat bahwa penertian barakah atau berkat, yaitu :
ثبو ت ا لا لهى في الشي
“ Sesuatu kebaikan Tuhan yang diletakkan pada sesuatu “
Maksud
kebaikan Tuhan yang diletakkan kepada sesuatu ialah apa saja yang diletakkan
oleh Allah pada diri Nabi, baik itu yang ada pada badannya, bajunya, bahkan ada
pula yang diletakkan pada diri pada wali, dan para ulama serta pada orang-orang
yang shaleh dan yang mati syahid.
Sedangkan
yang dimaksud dengan tabarrukan adalah sebagaimana dikatakan oleh Drs. Imron AM,”
Tabarruk yaitu ; mengharapkan datangnya kebaikan Ilahi dari sesuatu yang di
percayai memiliki nilai-nilai keberkatan “.
Contoh-contoh tabarruk :
-
Shalat di Masjidil haram, dengan mengharapkan memperoleh berkahnya
masjid tersebut, yaitu tambahnya pahala dan terkabulnya do’a.
-
Berdo’a di waktu menjelang shubuh, atau sepertiga malam yang
terakhir “(waktu sahur), dengan tabarruk dari waktu tersebut, yaitu
mengharapkan terkabulnya do’a.
d.
Barokah
1. Barokah dan
Rahmat
“Barokah didefenisikan : adanya kebaikan yang sifatnya ilahi dalam
suatu perkara atau tindakan. Dengan demikian barakah tidak bisa terlihat
langsung secara indawi dan lahiriah namun terkadang bisa terasakan. Sesuatu
yang dirasakan mempunyai nilai tambah padahal lahirnya tidak atau malah
berkembang, dikatakan mempunyai barokah.Contohnya harta yang dizakati, lahirnya
ia berkurang namun pada hakekatnya ia mempunyai barokah atau diberkati, karena
kekurangan tersebut terkadang tidak langsung mendatangkan rizki yang lain.
Melakukan sesuatu tanpa membaca basmalah secara lahir tidak berbeda dengan
melakukannya dengan membaca basmalah namun dengan basmalah ada nilai tambah
yang tidak terlihat tapi terkadang terasakan, itulah barokah.
Demikian juga harta yang bisa
termanfaatkan untuk kemaslahatan yang lebih banyak merupakan tanda-tanda
diberkahi. Ada harta yang meskipun jumlahnya banyak tapi tidak begitu berguna. Ikhtiar
untuk mendapatkan barokah antara lain menjauhkan diri dari hal-hal yang
dilarang agama, yang merugikan baik bagi agama atau masyarakat memberikan dari
hak-hak apa yang kita miliki, membaca basmalah ketika melakukan sesuatu dan
berdoa kepada Allah agar senantiasa diberkati dalam segala hal. Dalam sebuah
hadist dijelaskan :
“ Kebajikan
adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah sesuatu yang merisaukan hatimu diaman
kamu merasa tidak suka apabila hal itu sampai dilihat oleh orang lain “(HR.
Muslim).
Barokah dari harta yang kita
miliki adalah bukan hanya harta itu bertambah banyak tetapi juga ketika melalui
harta itu kita bisa lebih mendekatkan diri dan lebih bersemangat dalam kebaikan
dan beribadah kepada Allah. Kalau melihat contoh real dari keberkahan harta, lihatlah
Rasulullah dan para sahabatnya, mereka kaya, harta mereka banyak, tapi dengan semua itu tidak turut
intensitas ibadah mereka hanya karena kesibukan untuk mengurus harta yang
mereka miliki. Karena mereka hanya meletakkan harta mereka ditangan mereka,
tidak dihati mereka.
Barokah dari umur yang kita
miliki ketika Allah memberikan kemanfaatan terhadap waktu yang kita miliki dalam
hal kebaikan, waktu yang kita punya senantiasa bermanfaat untuk kebaikan dunia
akhirat kita, kedua-duanya bukan hanya salah satu saja.
Barokah dari keluarga dan
keturunan yang kita miliki adalah ketika mereka bisa menjadi penyejuk pandangan
dan patner kita dalam beribadah, bukan malah sebaliknya menjadi hambatan dalam
kita menunaikan kewajiban kepada Allah.
e.
Cara mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah
·
Niat yang tulus dan ikhlas
· Patuh dan menghormati guru
·
Penuh semangat, sungguh-sungguh, dan istiqomah
· Tidak kikir, baik kikir harta maupun ilmu
· Cinta pada ilmu yang dicari
· Sabar dalam menghadapi cobaan, rintangan, dan tantangan
·
Luasnya waktu belajar dan tidak tergesa-gesa
·
Selalu bersikap bijaksana dan hati-hati
DAFTAR PUSTAKA
Al Ustad Suaidi
Qomar, Kajian Keislaman.Masjid Imam Bonjol, Jakarta, 2008
Atkinson,
Pengantar Psikologi. Interaksara, Batam, 2005.
Chaplin James
P, Kamus lengkap Psikologi. Rajawali Press, Jakarta 2005
Sudarsono,Pengantar
Kuliah Psikologi Umum. Fak.Psikologi Unas Pasim 2004.
Sumadi Surya
Brata, Psikologi Kepribadian. Rajawali Press, Jakarta, 1982.
www.Pesantren Al
Hikam.com
Yazid Bin Abdul
Qadir Jawas, Pustaka At Taqwa. Cetakan Permata Rabi’uts Tsani. Bogor,2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar anda atas blog kami sngat berguna buat perbaikan di kemudian hari.
tutur kata yang santun mencerminkan pribadi yg bijak.
terima kasih atas kunjungan dan komentarnya.