PENDAHULUAN
A.
Penegasan Judul
Agar memperoleh gambaran yang lebih
tentang maksud dari judul PERANAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI ANAK TENTANG PENGALAMAN AGAMA, maka terlebih dahulu
penulis memberikan penegasan mengenai
istilah-istilah dalam judul skripsi
diatas yaitu sebagai berikut:
1. Peranan
Peranan berasal dari kata dasar “Peran”
mendapatkan akhiran “an” artinya: Suatu yang menjadi bagian atau memegang peran
utama ( dalam terjadinya suatu peristiwa).
Sedangkan maksud peranan dari judul diatas adalah suatu bagian yang diambil atau diperankan oleh orang tua dalam memotivasi anaknya untuk memperoleh pengalaman agama dalam kehidupan sehari-hari.[1]
Sedangkan maksud peranan dari judul diatas adalah suatu bagian yang diambil atau diperankan oleh orang tua dalam memotivasi anaknya untuk memperoleh pengalaman agama dalam kehidupan sehari-hari.[1]
Peranan yaitu bagian dari tugas utama yang harus
dilaksanakan .[2] Sedangkan
menurut Gross Masson dan Mc Eachem yang dikutip oleh David Barry
mendefinisikan peranan sebagai seperangkat hrapan-harapan yang dikenakan kepada
individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.[3]
Sarjono Arikunto memberi arti peran bagi
peranan sebagai perilaku individu atau lembaga yang punya arti bagi struktur
sosial.[4]
Maksud dari peranan disini berkaitan
dengan peranan orang tua yang membebaskan anaknya untuk dapat menemukan
pengalaman beragama yang sangat menarik sehingga dapat menjadi bekal kelak
menjadi dewasa nantinya.
2. Anak
Anak dalam bahasa Arab disebut “walad”
( وَلَد ),
yang berati keturunan kedua atau manusia kecil. Anak secara umum dapat
diartikan masa tumbuh.[5]
Anak adalah seseorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan
mempunyai potensi-potensi untuk menjadi dewasa. Anak disini adalah anak kandung
yang belum dewasa usia pra sekolah (Taman Kanak- kanak) sampai usia sekolah (Sekolah Dasar).
3. Orang Tua
Orang Tua yang dimaksud disini adalah
ayah dan ibu kandung yang mempunyai fungsi sebagai penanggung jawab pertama dan
utama bagi anak. Karena anak merupakan amanat Allah atas orang tua yang harus
dibina dan didik sehingga menjadi insan yang sholeh dan sholehah, dan sesuai
kodratnya oarng tua merupakan pendidik pertama dan utama dalam kehidupan anak,
yang bertanggung jawab atas fitrah yang dibawa anak ketika lahir.
4. Pengalaman Agama
Pengamalan berasal dari kata “amal” yang berarti perbuatan atau pekerjaan,
mendapat imbuhan pe-an yang mempunyai
arti hal atau perbuatan yang diamalkan .[6]
Pengamalan adalah 1 Proses ( perbuatan)
atau melaksanakan, 2 Proses ( perbuatan) menunaikan ( kewajiban tugas)[7]
Menurut Glock dan Stark ada lima dimensi
keberagamaan yaitu keyakinan
(ideologis), dimensi peribadatan atau praktek
(ritualistik), dimensi penghayatan ( eksperiensial), dimensi pengetahuan agama
(intelektual).[8]
Jadi pengalaman Agama Islam adalah proses ( perbuatan) melaksanakan
atau menunaikan kewajiaban yang berupa
pengalaman ajaran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW sebagai Rosul.
Kesungguhan hati ini dapat dilihat
melalui dua aspek yaitu aspek lahir dan spek batin. Aspek lahir dapat dilihat
melalui ketetapannnya dalam melakukan suatu tindakan atau pekerjaan. Sedang
aspek batin terletak pada pemahaman dan penghayatannya terhadap terhadap
tindakan atau pekerjaan yang ia lakukan. Keagamaan yaitu segala sesuatu
mengenai agama [9].
Dalam judul skripsi ini penulis akan
membatasi pembahasan yaitu pengalaman Agama Islam yang akan penulis teliti
dalam pengalaman sholat, pengalaman
puasa.
5. SD Muhammadiyah Suronatan
SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta
yang terletak dikampung Suronatan adalah sebuah lembaga pendidikan yang dibawah
yayasan Muhammadiyah. SD Muhammadiyah
para penerus bangsa dididik yang berbasis Muhammadiyah.
Dari pengertian diatas maka penulis
menfokuskan pada penulisan skripsi yaitu :
PERANAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI
ANAK MENGAMALKAN AGAMA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI, jadi disini penulis ingin menjabarkan anak harus bisa
melakukan kegiatan yang berhubungan agama dengan sendirinya, tanpa bantuan lagi
orang tua, disini orang tua hanya memantau atau mengingatkan jikalau anak tidak
melaksanakan kewajibannya
B.
Latar Belakang Masalah
Islam
adalah agama yang sempurna dan telah
disempurnakan.[10] Yang
ajarannya meliputi aqidah, ibadah, akhlak, dan syari’ah, sehingga umat yang menganutnya
akan terjamin kebahagiaan baik didunia dan diakhirat jika mau melaksanakan
ajaran-ajaran Islam ini pun sudah termasuk ibadah, jika diniatkan ikhlas karena
Allah SWT.
Ibadah
adalah tali yang menghubungkan antara hamba dan pencipta Nya, dan pergaulan
adalah tali yang menghubungkan antara sesama ciptaan Nya, sedangkan diantara
keduanya erat hubungannya dengan akhlak. Didalam tata pergaulan terdapat
bermacam-macam tata aturan dan kewajiban baik yang dibedakan menurut tingkatan
usia maupun menurut jenis kelamin. Untuk bias bergaul dalam berbagai macam
pergaulan tersebut, maka akhlak islamiyah sangat diperlukan agar dapat terwujud
ukhuwah islamiyah yang baik. Disamping itu melaksanakan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari menyebabkan umatnya menjadi tentram sebab hati mereka
selalu mengingat Allah SWT, yang kemudian diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Oleh karena itu ibadah sholat fardlu yang lima waktu yang
diperintahkan Allah SWT atas umat Islam seluruhnya baik diwaktu sehat maupun
sakit, sebab sholat itu merupakan dasar dan fondasi keimanan seseorang lebih
dari itu dengan sholat juga mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar,
jika dikerjakan secara rutin dn benar sebagaimana dikatakan oleh Maulana
Muhammad Ali, bahwa “menjalankan sholat itu dimaksudkan untuk membebaskan
manusia dari kejahatan”.[11]
Disamping
ibadah, maka bidang akhlak juga merupakan bagian yang sangat penting untuk
diperhatikan dan diamalkan. Terlebih bagi manusia yang memiliki jaringan yang
luas, baik hubungan dalam hubungan dengan khalik, maupun terhadap sesama
makhluk, ataupun dalam hubungan dengan sesama manusia. Untuk mewujudkan ukhuwah
islamiyah yang baik ini maka manusia harus memiliki sifat-sifat yang mulia yaitu: rasa hormat,
taat, patuh terhadap yang lebih tua, rasa ikhlas dalam tolong menolong,
berkurban untuk kepentingan umum dengan menyisihkan kepentingan pribadi, saling
cinta, setia kawan yang didasarkan atas kebenaran dan lapang dada.
Sebagaimana pengertian anak usia (7-12)
tahun mempunyai pengalaman agama yang bebas di bangku SD yaitu 7-12 tahun
pengalaman dan rasa keagamaan demikian banyak macam dan ragamnya. Pergaulan
mereka dan teman-temannya banyak perhatiannya terhadap agama juga dipengaruhi
oleh teman-temannya[12].
Sementara perlu kita ketahui bahwa
kepercayaan anak terhadap Allah pada
umur permulaan masa sekolah (SD) itu bukanlah bahwa kepercayaan berupa keyakinan hasil pemikirannya sendiri,
akan tetapi merupakan sikap emosi yang membutuhkan pelindung. Hubungan dengan
Tuhan sifatnya individual dan emosional. Oleh karena itu ditonjolkan sifat
pengasih dan peyayang Tuhan kepada si anak dan jangan dulu dibicarakan mengenai sifat Tuhan yang
menghukum, membalas dengan neraka dan
sebagainya. [13]
Dengan anak mengenal dan mempercayai
adanya kekuasaan Tuhan maka mereka mulai memperoleh sikap yang lebih matang
terhadap agama. Pengalaman masa mendekati kematangan yang demikian itulah
merurut Crow and Crow akan mengembangkan rasa kedamaian, kebahagiaan yang tidak
ternilai.[14]
Begitu pula orang tua menduduki peranan
sangat penting baik dalam kehidupan keluarga secara umum dalam pembinaan
anak-anaknya. Keluarga nyata dan teramat strategis dalam mengarahkan pada
kehidupan Islam guna mencapai tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagaimana
cita-cita kehidupan insan, sedang jalan yang bisa dijadikan jalan penerang
adalah dengan ilmu, karenanya anak-anak harus diberi kesempatan untuk menuntut
Ilmu Pengetahuan sebanyak-banyaknya baik ilmu pengetahuan umum maupun agama,
akan tetapi agama yang lebih penting dan terutama adalah ilmu pengetahuan agama
Islam karena itu nantinya sebagai pedoman hidup didunia dan di akhirat.
Pendidikan merupakan usaha sadar
bertujuan, yaitu menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan juga latihan bagi peranan dimasa yang akan datang. Pendidikan
memperhatikan perkembangan selalu pribadi anak, hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional kita yaitu:
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani serta tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.”[15]
Erat kaitannya dengan pendidikan
disekolah adalah motivasi, karena motivasi merupakan daya pendorong yang
menggerakkan seseorang untuk bertindak dalam pencapaian suatu tujuan. Begitu
pula motivasi sangat penting bagi anak dalam menempuh pendidikkannya juga dalam
tempat belajarnya.
Dalam pendidikan anak inilah ada tujuan
yang hendak dicapai sebagaimana yang diungkapan Al-Ghazali dalam tujuan
pendidikan Islam:
1. Kesempurnaan manusia yang puncaknya
adalah dekat dengan Allah.
2. Kesempurnaan manusia yang puncaknya
adalah kebahagiaan dunia dan akhirat.[16]
Dan anak tidak akan dapat mencapai kedua
kesempurnaan diatas tanpa ditunjang usaha – usaha orang tua sebagai pendidik
pertama dan utama anak.
Peranan orang tua dalam mengembangkan
aspek fitrah anak harus didasarkan pada ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi yang merupakan dasar pokok pendidikan Islam.
SD Muhammadiyah Suronatan sebagai sekolah swasta yang berciri keislaman adalah
termasuk sekolah yang ikut berperan serta dalam usaha menyelenggarakaan
pendidikan nasional. Dengan keberadaan ditengah-tengah SD negeri dan SD swasta
yang lain ternyata termasuk sekolah yang diminati, terbukti jumlah siswa cukup
memadai. Hal ini menunjukkan keberadaan cukup diperhitungkan. Dan hal ini
tersebut tidak lepas dari langkah-langkah yang ditempuh pihak sekolah, serta
kondisi keagamaan masyarakat cukup
mendukung keberadaan sekolah milik persyarikatan Muhammadiyah.
Sistem
pengajaran dan kurikulum SD Muhammadiyah Suronatan sama seperti dengan
sekolah-sekolah dasar yang lainnya. Tetapi di SD Muhammadiyah Suronatan ada
yang berbeda dengan mengadakan kegiatan extrakulikulier yaitu berupa: Drum
Band, Komputer dan sebagainya. Setiap harinya
oleh pihak sekolah diberikan les
sesuai dengan kelas masing-masing
Dengan melihat kenyataan yang ada maka
penulis merasa tertarik untuk mengambil judul
: Peranan Orang Tua Terhadap Motivasi Anak Tentang
Pengalaman Agama.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas,
maka penulis mengungkapan rumusan masalah yang dapat menjadi acuan dalam
pembahasan berikutnya. Diantara pokok masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan orang tua dalam
memotivasi anak melakukan
pengalaman beragama?
2.
Bagaimana hambatan orang tua demi motivasi anak melakukan pengalaman beragama?
D. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana peranan orang tua
memotivasi anaknya untuk
mendapatkan pengalaman beragama.
b.Untuk mengetahui bagaimana anaak
memotivasi dirinya mendapatkan pengalaman beragama.
E. Kegunaan Penelitian
a. Hail penelitian diharapkan dapat
dijadikan alternatif dalam memotivasi anak dalam mendapatkan pengalaman agama.
b
. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi Ilmu
Pengetahuan ditinjau dari segi
psikologi anak.
F . Kerangka Teoritik
1. Tinjauan
Tentang Peranan
A. Pengertian
Peranan adalah suatu yang menjadi bagian
atau memegang pimpinan, terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.[17]
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto,
menerangkan bahwa peranan adalah suatu aspek dinamis dari kedudukan (status).
Apabila seseorang telah melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukan, maka dia menjalankan suatu peranan.[18]
Peranan
yaitu bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.[19]
Sedangkan menurut Gross Masson dan Mc Eachem yang dikutip oleh David Barry
mendifinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan
kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.[20]
Sarjono Arikunto memberi arti peran sebagai perilaku individu atau lembaga yang punya arti bagi struktual sosial.[21]
Sesuai
dengan pendapat Gross Masson dan Mc
Eachem diatas bahwa peranan itu mempunyai dua harapan yaitu : pertama ;
harapan-harapan yang muncul dari masyrakat terhadap yang memegang peranan atau
kewajiban yang harus dilaksanakan daei pemegang peranan. Kedua ; harapan yang
harus dimiliki untuk pemegang peran terhadap masyarakat atau orang yng
berhubungan dengan dan dalam menjalankan perannya atau kewajiban-kewajiban
lainnya.
B. Ruang Lingkup
1. Selanjutnya suatu peranan setidaknya
mencakup tiga unsur yaitu:
2. Peranan meliputi norma-norma yang
dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam
arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang
dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Peranan adalah suatu konsep tentang
apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
4. Peranan juga dapat dikatakan sebagai
perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.[22]
Berdasarkan ketiga ruang lingkup peranan
diatas maka dapat diambil kesimpulan: pertama orang tua harus bisa membiarkan
anak untuk memperoleh pengalaman agama dalam kehidupan sehari-hari, terutamanya
sholat dan puasa, tetapi tidak melepaskan kewajiban orang tua yang mengawasi
nya, kedua peranan orang tua ini sangat di butuhkan sekali apabila anak ada
yang menyimpang setidaknya orang tua dapat memperingatkanbahwa anak berbuat
yang salah, ketiga perilaku anak yang tidak benar menurut agama dapatlah
menjadikan orang tua dewasa dalam menghadapi anak yang bermasalah,dengan cara
memberitahu mana yang buruk dan mana yang benar dalam menurut agama.
Setiap peranan bertujuan agar individu
yang melaksanakan peranan tadi denagn orang yang di sekitarnya yang
bersangkutan atau ada hubungan dengan
peranan tersebut terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang
diterima dan ditaati oleh kedua belah pihak nilai-nilai sosial. Apabila hal
tersebut tidak dipenuhi atau adanya kesenjangan antar kedua belah pihak maka
terjadilah tok ditance.[23]
c. Unsur-unsur Peranan
Peranan atau peran merupakan pola perilakuan yang dikatakan dengan
status atau kedudukan peran ini dapat di ibaratkan dengan peran yang ada di
dalam sandiwara yang pemainnya mendapatkan peranan dalam suatu cerita.
Sedangkan pola perikelakuan mempunyai
beberapa unsur:
Ø Peranan ideal
Peranan ideal peran yang diharapkan oleh
masyarakat terhadap status tertentu, peranan yang ideal merumuskan hak-hak dan
kewajiban yang terkait dalam status tertentu misalnya peranan ideal ayah
ibu terhadap anak-anaknya.
Ø Peranan yang dianggap oleh diri
sendiri
Peranan ini merupakan hal yang oleh
individu pada saat tertentu, artinya situasi tertentu seorang individuharus
melaksanakn tertentu misalnya seorang ayah yang mempunyai anak remaja
menggangap bahwa ia harus sebagai kakak daripada sebagai ayah.
Ø Peranan yng harus di kerjakan
Peranan ini adalah peranan yang
sesungguhnya harus dilaksanakan oleh individu dalam kenyataannya misalnya peran
seorang guru terhadap anak didiknya, yaitu menyerasikan kedisplinan dengan
kebebasan dari murid-muridnya, sehingga dengan kebebasan dari murid-murid
sedang perilaku berubah sesuai dengan tujuan pendidikan.[24]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar anda atas blog kami sngat berguna buat perbaikan di kemudian hari.
tutur kata yang santun mencerminkan pribadi yg bijak.
terima kasih atas kunjungan dan komentarnya.