Rabu, 03 Oktober 2012

KISAH NABI IBRAHIM AS 3 ( HABIS)

 فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلۡمَنَامِ أَنِّىٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰ‌ۚ

قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ‌ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ

" Maka tatkala anak itu sampai [pada umur sanggup] berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!"
Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
( QS 37 : 102 )


Pembangunan Ka'bah.

Nabi Ismail as pun beranjak dewasa dan belajar Bahasa Arab dari Suku Jurhum tersebut. Beliau juga menikah dengan salah seorang wanita mereka. Diceritakan pula bahwa Hajar kemudian meninggal dunia.

Pada suatu saat, Nabi Ibrahim as datang ingin menjenguk Nabi Ismail as.
Namun, beliau hanya menemui istri Nabi Ismail as saja.
Nabi Ibrahim as bertanya kepada wanita tersebut ke mana kiranya suaminya pergi..Istrinya Ismail as menjawab, : “Dia sedang mencari nafkah untuk kami.”

Nabi Ibrahim as lalu bertanya tentang keadaan mereka...
Istri Nabi Ismail as menjawab, :
“Kami dalam kondisi yang jelek dan hidup dalam kesempitan dan kemiskinan.”

Mendengar jawaban tersebut,.. sebelum pulang Nabi Ibrahim berpesan kepada wanita itu untuk menyampaikan salam kepada Nabi Ismail as dan berpesan agar Nabi Ismail mengganti pegangan pintunya.
Setelah Nabi Ismail kembali ke rumah, istrinya pun menceritakan peristiwa tadi dan menyampaikan pesan Nabi Ibrahim kepada suaminya.

Mendengar hal tersebut, Nabi Ismail as pun berkata kepada istrinya, :
“Itu tadi adalah bapakku. Ia menyuruhku untuk menceraikanmu, maka kembalilah engkau kepada orang tuamu.”
Nabi Ismail pun menceraikan istrinya tadi sesuai dengan pesan Nabi Ibrahim as dan kemudian menikah lagi dengan seorang wanita dari Bani Jurhum juga.

Setelah beberapa waktu berlalu,.. Nabi Ibrahim as kemudian kembali mengunjungi Nabi Ismail as... Namun, Nabi Ismail tidak ada di rumah.
Nabi Ibrahim as pun menemui istri Nabi Ismail as yang baru.

Beliau bertanya dimana Nabi Ismail as sekarang...?? Istrinya menjawab bahwa Nabi Ismail as sedang mencari nafkah.
Nabi Ibrahim as juga bertanya tentang keadaan mereka.
Wanita itu menjawab bahwa keadaan mereka baik-baik saja dan berkecukupan, sambil kemudian memuji Allah azza wa jalla.

Nabi Ibrahim as lalu bertanya tentang makanan serta minuman mereka.
Wanita itu menjawab bahwa makanan mereka adalah daging, adapun minuman mereka adalah air.
Maka Nabi Ibrahim as mendoakan kedua hal ini, :
“Ya Allah berkatilah mereka pada daging dan air.”

Setelah itu, Nabi Ibrahim as pun pergi dari rumah Nabi Ismail as .
Namun, sebelumnya beliau berpesan kepada wanita itu agar Nabi Ismail as memperkokoh pegangan pintunya.

Ketika Nabi Ismail as pulang,.. beliau bertanya kepada istrinya, :
“Adakah tadi orang yang bertamu?”
Istrinya menjawab, : “Ada, seorang tua yang berpenampilan bagus.”
Dia memuji Nabi Ibrahim as
“Ia bertanya kepadaku tentang dirimu, maka aku jelaskan keadaanmu kepadanya. Dia juga bertanya tentang kehidupan kita, dan aku jawab bahwa kehidupan kita baik-baik saja.”

Nabi Ismail as kemudian bertanya, :
“Apakah dia memesankan sesuatu kepadamu?”
Istrinya kembali menjawab, : “Ya. Ia menyampaikan salam kepadamu dan menyuruhku mengokohkan pegangan pintumu.”
Nabi Ismail as berkata, : “Itu adalah ayahku dan engkau adalah pegangan pintu tersebut. Beliau menyuruhku untuk tetap menikahimu (menjagamu).”

Waktu pun berlalu.... Suatu saat ketika Nabi Ismail as sedang meraut anak panah,.. Nabi Ibrahim as pun datang.
Nabi Ismail as pun bangkit menyambutnya, dan mereka pun saling melepaskan rindu.

Selanjutnya, Nabi Ibrahim berkata, :
“Wahai anakku, sesungguhnya Allah menyuruhku menjalankan perintah.”
Ismail as menjawab,: “Lakukanlah apa yang diperintahkan Rabbmu.”
“Apakah engkau akan membantuku?”, Tanya Nabi Ibrahim as kembali.
“Aku pasti akan membantumu.” seru Ismail as

Nabi Ibrahim kemudian menunjuk ke tumpukan tanah yang lebih tinggi dari yang sekitarnya.
Beliau berkata, :
“Sesungguhnya Allah menyuruhku membuat suatu rumah di sini.”

Pada saat itulah, keduanya kemudian meninggikan pondasi Baitullah.
Ismail as mulai mengangkut batu, sementara Ibrahim as memasangnya.
Setelah bangunan tinggi, Ismail as membawakan sebuah batu untuk menjadi pijakan bagi Nabi Ibrahim.
Batu inilah yang akhirnya disebut maqam (tempat berdiri) Nabi Ibrahim as.

Mereka pun terus bekerja sembari mengucapkan doa, :
“Wahai Rabb kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Sampai akhirnya tuntaslah pembangunan Baitullah itu.
Ka’bah pun akhirnya berdiri di bumi Allah ‘azza wa jalla.

Nabi Ibrahim as dan Ujian Keimanan dari Allah

Suatu hari Nabi Ibrahim as bermimpi diperintah Tuhan untuk menyembelih anaknya (Ismail)....
Beliau kemudian bermusyawarah dengan anak-istrinya (Siti Hajar dan Ismail) ia bertanya bagaimana pendapat keduanya tentang mimpi itu.

Siti Hajar berkata, :
“Barangkali mimpi itu hanyalah permainan tidur belaka, maka dari itu janganlah engkau melakukannya. Akan tetapi apabila mimpi itu merupakan wahyu Tuhan yang harus ditaati, maka saya berserah diri kepada Allah yang sangat pengasih dan penyayang kepada hambanya.”

Selanjutnya Ismail as berkata, : “Ayahku..! Apabila ini merupakan wahyu yang harus kita taati, maka saya rela untuk disembelih.”

Ketiga orang mulya tersebut ikhlas melakukan perintah Tuhannya.
Maka pada keesokan harinya dilakukanlah perintah itu.
Hal ini banyak diketahui oleh banyak orang, mereka menyangka, bahwa Nabi Ibrahim as sudah gila, karena itu dia harus di bunuh, jika tidak, pasti kita semua nantinya juga akan disembelihnya.

Ismail as usul kepada ayahnya:
“Sebaiknya saya disembelih dalam keadaan menelungkup, tetapi mata ayah hendaklah di tutup. Kemudian ayah harus dapat mengira-ngira arah mana pedang yang tajam itu ayah pukulkan, supaya tidak meleset dan tepat mengenai leher saya.”

Nabi Ibrahim AS menerima dan melaksanakan usul itu, dengan mengucapkan kalimat atas nama Allah, seraya memancungkan pedangnya yang tajam itu ke leher anaknya.

Menyemburlah darah segar ke sekujur tubuh Nabi Ibrahim,. ia gemetar, membayangkan anaknya telah mati dengan kepala terpisah dari badannya. Namun alangkah terkejut dan gembiranya dia setelah membuka kain penutup matanya, apa yang terjadi...?

Ternyata anaknya Ismail as selamat tidak tersembelih, tidak kurang suatu apapun, malahan seekor Kibas yang tersembelih.
Padahal tadinya tidak ada seekor kibas di sekitar tempat itu, dan Ismail berdiri tepat disamping nya.
Dengan memuji kebesaran dan kekuasaan Allah,.. mereka berdua berangkulan, karena mereka bersyukur telah dapat melaksanakan perintah tuhannya.

Setelah itu, mereka pulang ke rumahnya, di sepanjang jalan mereka bertakbir dan bertasbih sambil memuji kebesaran Allah,... tuhan yang menjadikan alam semesta alam ini.

Siti Hajar mendengar suara takbir dan tasbih dari jauh yang semakin lama semakin dekat, ternyata suara itu adalah suara suami dan anaknya.
Betapa terkejutnya ia sambil berlari menyongsong suami dan anaknya itu. Ketiga orang itu bukan main senangnya, karena telah dapat melaksanakan ibadah dan darma baktinya kepada Tuhan.
Orang-orang yang tadinya berniat jahat untuk membunuh Ibrahim as yang di kiranya sudah gila itu, akhirnya tidak jadi dilaksanakan.

E. Kisah Haji dan Khitan di Masa Nabi Ibrahim

Sesudah Ka’bah berdiri,.. Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah SWT, agar memanggil kaum muslimin untuk menunaikan ibadah haji,.. mengunjungi Baitullah,.. baik yang dekat dengan Ka’bah maupun yang jauh,.. sesuai surah Al-Hajji ayat 27, :
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”

Pada saat berusia 90 tahun (sebagian riwayat menjelaskan pada usia 80 tahun), Nabi Ibrahim as menerima perintah Khitan,.. maka Nabi Ibrahim pun mengkhitan dirinya.
Sedang Ismail as di khitan pada usia 13 tahun (dalam kitab Injil Barnabas diterangkan, dulu Nabi Adam AS, berdosa setelah memakan buah yang dilarang Allah, buah Khuldi, setelah bertobat, dan diampuni dosanya oleh Allah, Nabi Adam bernazar, akan memotong sebagian dagingnya, kemudian Malaikat menunjukkan bagian daging yang dipotong, yakni pada bagian yang dikhitan). Selanjutnya khitan menjadi syariat agama Islam.


Diperlihatkan Bagaimana Allah Menghidupkan Orang Mati

Sewaktu Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah supaya diperlihatkan kepadanya bagaimana cara menghidupkan orang mati,.. maka Allah berfirman kepadanya,:
“Hai Ibrahim apakah engkau belum percaya kepada kekuasaan-Ku.?”

Ibrahim as menjawab, :
“Maha Suci, Tuhanku! Permohonanku ini supaya lebih mendekatkan diriku kepada-Mu, semoga doaku ini dikabulkan.”

Allah SWT mengabulkan doa Nabi Ibrahim, bagaimana Allah memperlihatkan dan cara menghidupkan sesuatu yang sudah mati.

Hal ini dapat dilihat dalam Surat Al-Baqarah ayat 260:
” Ingatlah ketika Ibrahim berkata, “Hai Tuhanku, perlihatkan kepadaku bagaimana Engkau dapat menghidupkan orang mati!” Allah berfirman, “Tiadakah engkau percaya kepadaku?”
Sahut Ibrahim, “Ya, aku percaya kepada Tuhanku, tetapi hal ini buat meneguhkan hatiku.”

Allah berfirman, :
“Ambillah empat ekor burung, hampirkan kepadamu (dan potong-potonglah ia), kemudian masing-masing di letakkan diatas bukit sebagian (dari burung yang telah di potong-potong itu), setelah itu panggillah burung-burung itu, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan segera. Ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Bijaksana.”

Allah SWT memperlihatkan kekuasaannya kepada Nabi Ibrahim sehingga keempat burung yang sudah disembelih dan dihancurkan tulang-tulangnya itu dan diaduk jadi satu, sehingga sulit ditentukan satu persatunya nama-nama dan bagian-bagian anggota burung itu.

Potongan-potongan itu juga dibagi-bagi menjadi beberapa tumpukan yang diletakkan di atas bukit-bukit yang saling berjauhan.
Namun setelah dipanggil nama-nama burung itu satu persatu, maka berlari-larilah daging, tulang, bulu-bulunya dari bukit yang satu ke bukit yang lain untuk menjadi burung utuh kembali sebagaimana semula.
Dan burung itu terbang menuju ke arah Nabi Ibrahim.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda atas blog kami sngat berguna buat perbaikan di kemudian hari.
tutur kata yang santun mencerminkan pribadi yg bijak.
terima kasih atas kunjungan dan komentarnya.