Sabtu, 01 September 2012

KISAH NABI HUD AS


وَٱذۡكُرۡ أَخَا عَادٍ إِذۡ أَنذَرَ قَوۡمَهُ ۥ بِٱلۡأَحۡقَافِ وَقَدۡ خَلَتِ ٱلنُّذُرُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦۤ أَلَّا

تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّا ٱللَّهَ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٍ عَظِيمٍ۬

قَالُوٓاْ أَجِئۡتَنَا لِتَأۡفِكَنَا عَنۡ ءَالِهَتِنَا فَأۡتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّـٰدِقِينَ

" Dan ingatlah [Hud] saudara kaum ’Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya [dengan mengatakan]: "Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari [menyembah] tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar." ( QS 46 : 21-22 )
Nabi Hud AS hidup sekitar 2450-2320 SM adalah seorang nabi yang diutus untuk kaum 'Aad yang tinggal di Al-Ahqaf, Rubu' al-Khali-Yaman.
Namanya disebutkan sebanyak 7 kali dalam Al-Quran.
Umat Muslim percaya bahwa Nabi Hud hidup sekitar 150 tahun dan diutus menjadi rasul pada tahun 2400 SM.
Diriwayatkan ia wafat di Timur Hadhramaut, Yaman.

Namanya adalah Hud bin Abdullah bin Ribah bin Khulud bin Ad bin Aus bin Irim bin Syam bin Nuh.

Ia menikahi seorang wanita yang bernama Melka binti Madai bin Japeth (Yafas).

Nabi Hud AS merupakan keturunan dari suku 'Aad , suku yang hidup di jazirah Arab, disuatu tempat bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Oman.

Mereka adalah kaum penyembah berhala bernama Shamud, Shada, dan al-Haba....Mereka termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nuh.
Mereka dikaruniai oleh Allah tanah yang subur, dengan sumber-sumber air yang memudahkan mereka bercocok tanam.

Azab Pedih Bagi Kaum Ingkar


Anak cucu kaum Nabi Nuh AS , mulai ingkar, mereka menyembah berhala.

Allah SWT mengutus Nabi Hud AS, tapi mereka tetap ingkar.
Akhirnya mereka dibinasakan.

Sebagian Kaum Nabi Nuh AS yang beriman berhasil selamat.

Mereka mendarat dengan mulus setelah berlayar mengarungi samudra akibat banjir bandang.
Mereka yang kemudian disebut Kau “Ad” menetap di desa Al-Ahqaf, dan kembali hidup dengan tenteram.

Untuk beberapa zaman sesudah itu, ajaran Tauhid Nabi Nuh AS dapat tetap tegak.

Namun,.. setelah generasi demi generasi berganti, mereka mulai melupakannya...Mereka bahkan membuat patung dari nenek moyang untuk dipuja dan disembah...Penghormatan terhadap nenek moyang seperti itu berkembang terus dari generasi ke generasi.

Sampai akhirnya penghormatan itu berubah menjadi penghambaan dan syirik. Mereka menyembah patung nenek moyang dan mulai melupakan Allah SWT. Mereka menjadi musyrik dan kafir kembali.

Mereka juga mengklaim sebagai kaum yang terkuat sehingga sombong.
Kata mereka, : “Siapakah yang lebih kuat dari kami?” (QS Fushshilat: 15).

Di tengah kaum Ad yang mulai kufur dan musyrik itulah, Allah SWT mengutus Nabi Hud AS, seperti Nabi-nabi lain juga berseru, :

‘Wahai kaumku, sembahlah Allah, yang tiada tuhan lain bagi kalian selain Dia.” (QS Hud: 50).
Tapi kaum Ad bukannya menurut, mereka malah marah, sebab mereka merasa lebih terhormat dari Nabi Hud AS.

Dengan sombong mereka berkata, : “Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami dengan dakwahmu itu..? Imbalan apa yang engkau inginkan..?

Mereka menantang, dan memang bersedia memberi apa saja yang diminta asal Nabi Hud AS menghentikan dakwahnya.

Nabi Hud AS tidak mengharapkan imbalan apa-apa selain agar kaum Ad mau berpikir jernih, menerangi pemikiran dengan cahaya kebenaran.

Nabi Hud AS hanya ingin mereka bersyukur akan nikmat Allah SWT : bagaimana Allah menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi Nuh AS; memberi mereka kekuatan fisik, banyak kenikmatan yang melimpah, dan memakmurkan bumi.

Bukannya sadar, mereka bahkan semakin ingkar. mereka berkata :

“bagaimana engkau bisa menyalahkan tuhan-tuhan kami sedangkan kami mendapati nenek moyang kami juga menyembah mereka?”
maka jawab Nabi Hud AS, :
“Sesungguhnya nenek moyang kalian telah berbuat salah!”..tentu saja kaum Ad semakin marah.
Maka mereka pun mengejek Nabi Hud AS, :
“Wahai Hud, apakah engkau akan mengatakan bahwa setelah kami mati dan jadi tanah akan hidup kembali..?”

“Kalian akan kembali hidup pada hari kiamat, dan Allah SWT akan bertanya tentang apa yang kalian lakukan selama kalian hidup di bumi!”

tapi mereka malah tertawa. “Alangkah aneh pandanganmu itu!” seru mereka. “Mana mungkin orang yang sudah mati bisa hidup kembali!” teriak mereka.

SIKSA PEDIH

Tidak berhenti sampai disitu, mereka bahkan terus mengejek.
“Apa itu hari kiamat?” bagaimana mungkin ada hari dimana manusia yang sudah mati bisa dihidupkan kembali?” kata mereka serempak

Nabi Hud AS menjelaskan, kepercayaan akan datangnya hari kiamat sangat penting. Sebab, di hari kiamatlah kelak keadilan akan di tegakkan.

Orang yang berbuat kebajikan akan mendapat pahala dan surga, sementara yang ingkar akan mendapat siksa yang amat pedih, masuk kedalam neraka. Meski sudah berkali-kali di ingatkan, kaum Ad malah berani berkata, :
“Jauh sekali dari kebenaran apa yang kamu ancamkan kepada kami. Kehidupan ini tak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup dan sekali lagi tak akan di bangkitkan lagi.” (QS Al-Mukminun: 36-37).

Singkat cerita,.. tantangan terhadap dakwah Nabi Hud AS semakin keras terutama dari para Ruasa, alias para pembesar kaum Ad, atau mereka yang berstatus bangsawan yang kaya raya yang disebut kaum Ma’la dengan sangat sombong, mereka berkata :

“Bagaimana kita mau mengikuti manusia biasa yang makan dan minum dari piring dan gelas yang terbuat dari emas dan perak?
Bukankah aneh kalau Allah memilih manusia biasa menerima wahyu?”

“Apa anehnya? Justru karena mengasihi kalian, Allah SWT mengutus aku kepada kalian. Jangan lupa, sesungguhnya kisah Nabi Nuh AS masih segar dalam ingatan kita...Orang-orang yang mengingkari Allah SWT telah dan pasti hancur, sekuat apapun mereka..!” jawab Nabi Hud AS.


“Siapa yang dapat menghancurkan kami?” teriak para Ruasa

“Allah SWT, ” jawab Nabi Hud AS kalah lantang.

“Tuhan-tuhan kami akan menyelamtkan kami!” kata mereka

“Tuhan yang kalian sembah tidak akan mungkin dapat menolong, sebaliknya justru akan semakin menjauhkan kalian dari Allah SWT.” jawab Nabi Hud AS.

“Kamu sudah gila, wahai Hud! Kami memahami rahasia kegilaanmu. Kamu menghina tuhan kami, dan tuhan kami akan marah kepadamu, karena itu kamu jadi gila!” teriak pemimpin kaum Ad itu.

“Hai Hud kenapa tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan tuhan kami karena argumentasimu.”
(QS Hud: 53).


Tetap Sabar Menghadapi Kaum Ad


Karena tak seorangpun kaum Ad yang mau beriman, Nabi Hud AS hanya bisa pasrah kepada Allah SWT... Meski begitu ia tetap sabar dan tidak bersikap emosional. Lalu katanya dengan tegas, :

“Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah SWT dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan selain dari Allah. Sebab itu, jalankanlah semua tipu dayamu terhadapku, dan janganlah kamu memberi kelonggaran kepadaku.”
(QS Hud: 54-55).

Nabi Hud AS berkata lagi, :

“Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah SWT, tuhanku dan tuhanmu, tidak satupun binatang melata, melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya tuhanku dijalan yang lurus. Jika kamu berpaling, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu segala apa yang aku di utus oleh Allah. Tuhanku akan mengganti dengan kaum yang lain, (karena) kamu tidak dapat membuat mudarat sedikitpun kepada-Nya. Sesungguhnya tuhanku Maha Pemelihara segala sesuatu.” (QS Hud: 56-57).


Pembalasan Allah SWT atas kaum 'Aad


Pembalasan Tuhan terhadap kaum 'Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua tahap.

Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari Allah SWT yang dijanjikan dan bahwa Allah SWT masih memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah SWT dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil untuk kemudian bertaubat dan memohon ampun agar segera hujan turun kembali dan menghindari mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam.

Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya bahkan menganggap janji Nabi Hud AS itu adalah janji kosong.

Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.

Tentangan mereka terhadap janji Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Hud AS segera mendapat jawaban dengan datangnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal diatas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira,..

karena mengira bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang dan menyirami kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan.

Melihat sikap kaum 'Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud AS :

"Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awan rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah kujanjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta."

Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin topan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan bangunan rumah dari dasarnya,... membawa berterbangan semua perabotan dan harta benda serta melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum 'Aad menjadi panik,... mereka berlari kesana-sini, hilir-mudik mencari perlindungan.


“Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. Maka kamu lihat kaum Ad ketika itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang lapuk.” (QS Al-Haqqah: 7).


Adapun Nabi Hud AS dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah SWT dari bencana yang menimpa kaumnya.

Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap dari kaum 'Aad.... pergilah Nabi Hud AS meninggalkan tempat tsb berhijrah ke Hadramaut, dimana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana.
Hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit, di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun selalu dikunjungi para peziarah yang datang dari sekitar daerah itu, terutama pada bulan Sya'ban.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda atas blog kami sngat berguna buat perbaikan di kemudian hari.
tutur kata yang santun mencerminkan pribadi yg bijak.
terima kasih atas kunjungan dan komentarnya.