Jumat, 14 September 2012

SKRIPSI " Konsep Pendidikan Tauhid Dalam Keluarga”



PENDAHULUAN

A. Penegasan Istilah

                  Skripsi ini berjudul "Konsep Pendidikan Tauhid Dalam Keluarga” .Judul tersebut mengandung pengertian yang perlu penjelasan, penegasan, serta ruang lingkup agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul dan keinginan penulis.
1. Konsep merupakan kata atau istilah serta simbol untuk menunjuk pengertian dari pada barang sesuatu baik konkret maupun sesuatu hal yang bersifat abstrak.[1] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
konsep berarti sebagai rancangan ide, gambaran, atau pengertian dari peristiwa nyata atau konkret kepada yang abstrak dari sebuah obyek maupun proses.[2]
Sedangkan konsep dalam penulisan ini ialah sejumlah rancangan, ide, gagasan, gambaran atau pengertian yang bersifat konkret maupun abstrak tentang  materi dan metode pendidikan tauhid dalam keluarga menurut pendidikan Islam.
2. Pendidikan, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan dapat diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan;proses, perbuatan, cara mendidik.[3]
Pada hakekatnya pendidikan adalah usaha orang tua atau generasi tua untuk mempersiapkan anak atau generasi muda agar mampu hidup secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Orang tua atau generasi tua memiliki kepentingan untuk mewariskan nilai, norma hidup dan kehidupan generasi penerus. Ki Hajar Dewantara mengatakan…
“… mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[4]

3. Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada (وحد) yuwahhidu (يوحد) .Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa;Tunggal;satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui akan  keesaan Allah;mengeesakan Allah”.[5] Jubaran Mas’ud menulis bahwa tauhid bermakna “beriman kepada Allah, Tuhan yang Esa”, juga sering disamakan dengan لااله الا الله“tiada Tuhan Selain Allah”.[6] Fuad Iframi Al-Bustani juga menulis hal yang sama. Menurutnya tauhid adalah Keyakinan bahwa Allah itu bersifat “Esa”.[7]Jadi tauhid berasal dari kata “wahhada” (وحد) “yuwahhidu” (يوحد) “tauhidan” (توحيدا), yang berarti mengesakan Allah SWT.[8]
                  Menurut Syeikh Muhammad Abduh tauhid ialah :
 suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya.Juga membahas tentang rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.[9]

            Menurut Zainuddin, tauhid berasal dari kata “wahid”(واحد) yang artinya “satu”. Dalam istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan tentang satu atau Esanya Allah, maka segala pikiran dan teori berikut argumentasinya yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu satu disebut dengan Ilmu Tauhid.[10]
Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir sama yakni :
a. Iman.
Menurut Asy ‘ariyah iman hanyalah membenarkan dalam hati. Senada dengan ini Imam Abu Hanifah mengatakn bahwa iman hanyalah ‘itiqad. Sedangkan amal adalah bukti iman. Namun tidak dinamai iman. Ulama Salaf di antaranya Imam Ahmad, Malik, dan Syafi’i, iman adalah
اعتقاد بالجنان ونطق باللسان وعمل بالاركان
“Iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota tubuh”.[11]
b.  Aqidah.
Menurut bahasa ialah keyakinan yang tersimpul kokoh di dalam hati, mengikat, dan merngandung perjanjian. Sedangkan menurut terminologis di antaranya pendapat Hasan al-Banna mengatakan bahwa aqidah ialah beberapa hal yang harus diyakini kebenarannya oleh hati, sehingga dapat mendatangkan ketenteraman, keyakinan yang tidak bercampur dengan keragu-raguan.[12]Penyusun cenderung kepada pendapat Yunahar Ilyas yang mengidentikkan antara tauhid, iman, dan aqidah. Tauhid merupakan tema sentral aqidah dan iman.[13]
Setelah menguraikan kata pendidikan dan tauhid penulis perlu memberikan batasan dan ruang lingkup. Pendidikan tauhid dalam penulisan ini difokuskan kepada usaha yang dilakukan orang tua untuk menumbuhkan kekuatan kodrat anak, agar mereka menjadi manusia muslim yang meyakini keesaan Allah , serta dapat mengamalkan ketauhidan yang ia miliki dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, melalui pengajaran, latihan, dan metode tertentu untuk menyampaikan materi-materi ketauhidan, yakni ilahiyat, nubuwat, ruhaniyat, dan sam’iyyat.
 4. Dalam, adalah kata adjektiva, dan jika bertemu dengan kata benda bermakna lingkungan daerah (negeri, keluarga) sendiri.[14]
5. Keluarga, kata benda ini dimaksudkan untuk ibu bapak beserta anak-anaknya;seisi rumah.[15] Menurut Masjfuk Zuhdi, keluarga merupakan satu kesatuan sosial terkecil dalam masyarakat yang telah diikat oleh tali perkawinan yang sah atau resmi.[16]Keluarga dalam penulisan ini adalah keluarga muslim, mengutip pendapat Khatib Ahmad Santhut bahwa keluarga muslim adalah keluarga dengan ayah dan ibu yang memegang teguh ajaran Allah SWT dan Sunnah Rasul, karena itu keluarga muslim merupakan intisari dan paling prinsipil dalam usaha membentuk, dan mewujudkan masyarakat muslim.[17]
Dari penegasan istilah tersebut penulis dalam skripsi ini meneliti dan membahas proses bimbingan yang dapat dilakukan oleh orang tua terhadap perkembangan ketauhidan anak-anaknya dengan bahan-bahan materi ketauhidan yang meliputi keilahiyatan, kenubuwatan, keruhaniyatan, dan kesam’iyatan tertentu dalam jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu yang diarahkan terciptanya pribadi yang berkepribadian bertauhid sesuai dengan ajaran Islam dalam sejumlah rancangan ide, gagasan, atau pengertian tentang pendidikan tauhid yang difokuskan pada masalah materi dan metodenya. Materi dalam penulisan ini bagaimana disampaikan secara bertahap sesuai dengan metode yang digunakan menurut perkembangan dan kemampuan anak-anak.

BAB IV
PENUTUP
            Setelah melakukan penelitian akhirnya mendapatkan hasil sebagaimana diuraikan dalam kesimpulan berikut.

A.    Kesimpulan
1.  Urgensi pendidikan tauhid dalam keluarga, dapat diukur dengan melihat dasar, tujuan, dan fungsinya.
            Dasar pendidikan tauhid dalam keluarga adalah Al quran dan Al Hadits, di antaranya :
a.      Dari Al Quran :
1) Surat At Tahrim ayat 6.
2) Surat Luqman ayat 13.
3) Surat Al Baqarah ayat 132-133.
b.     Dari hadis :
مامن مولود الا يولد على الفطرة فأبواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه
 (رواه البخاري)
Artinya : Tidak seorang anakpun yang dilahirkan kecuali ia dilahirkan menetapi fitroh, Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nashrani, atau Majusi.(HR. Bukhori).


                  Sedangkan tujuan pendidikan tauhid dalam keluarga adalah :
a.      Agar menanamkan kesadaran kepada anak untuk bersyahadat berdasarkan dorongan dalam dirinya sendiri.
b.     Pembentukan sikap muslim yang beriman dan bertakwa.
c.      Agar anak mengetahui makna dan tujuan beribadah kepada Allah.
d.     Mengarahkan perkembangan keagamaan anak.
e.      Agar anak selalu berpikirdan berperilaku positif
      Fungsi Pendidikan tauhid dalam keluarga di antaranya adalah :
a.      Untuk memberikan ketentraman dalam hati anak.
b.     Untuk menyelamatkan anak dari dari kesesatan dan kemusyrikan.
c.      Agar anak dapat beribadah kepada Allah secara ikhlas.
d.     Agar anak dapat mengetahui makna dan maksud beribadah kepada Allah.
e.      Agar anak dapat menjauhi hal-hal yang dilarang Allah seperti syirik dan semua hal yang dapat menghancurkan ketauhidan.
f.      Membentuk perilaku dan kepribadian anak, sehingga menjadikan tauhid sebagai falsafah dalam kehidupannya.
2.   Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kerangka konseptual yang berisi ide, gambaran, pengertian, serta pemikiran tentang materi dan metode pendidikan tauhid dalam keluarga yang dapat diterapkan oleh para orang tua untuk menumbuhkan kodrat anak. Agar mereka menjadi manusia muslim yang benar-benar meyakini keesaan Allah SWT, serta dapat mengamalkan ketauhidan yang ia miliki dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
      Materi pendidikan tauhid dalam keluarga ada empat  yakni :
1.     Ilahiyat..
2.     Nubuwat.
3.     Ruhaniyat.
4.     Sam’iyyat.
      Metode Pendidikan tauhid dalam keluarga adalah :
1.     Kalimat tauhid
2.     Keteladanan
3.     Pembiasaan
a.      Latihan kalimat tauhid
b.     Latihan beribadah.
c.      Latihan berdoa di setiap aktivitas.
4.   Nasehat.
5.     Pengawasan.
Metode yang digunakan selain berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan materi pendidikan tauhid juga membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Metode kalimat tauhid sebagai contoh, digunakan untuk menanamkan ketauhidan anak serta untuk mengawali getaran-getaran perdana pada auditif anak yang telah berfungsi sesaat setelah dilahirkan. Kemudian metode keteladanan, metode pembiasaan, metode nasehat dan terakhir metode pengawasan. Secara garis besar metode  tersebut terbagi dua yakni metode teoritis dan praktis.
Pendidikan tauhid dalam keluarga menuntut kemampuan pengetahuan dan wawasan orang tua yang luas. Karena orang tualah sebagai pendidik utama dalam konsep ini. Orang tua harus memiliki pengetahuan Islam yang terintegral untuk melaksanakan konsep pendidikan tauhid dalam keluarganya, selain penguasaan terhadap materi-materi ketauhidan dan metodenya.Selain itu metode yang digunakan harus bertahap, sehingga sesuai antara metode, materi, dan kemampuan anak.
Pendidikan tauhid dalam keluarga menempati posisi terpenting dalam pendidikan keluarga sebagai landasan dan tujuan dari pendidikan lain yang terintegral di dalamnya. Seperti pendidikan akhlak dan pendidikan ibadah. Pendidikan tauhid sebagai ruh dari pendidikan-pendidikan lain, namun pendidikan tauhid memerlukan bantuan materi-materi pendidikan lain untuk mengantarkan ruh dan tujuan tauhid. Sehingga anak akan melakukan seluruh aktivitas kehidupannya dengan landasan ketauhidan yang mantap.

B.    Saran-Saran
            Dari kesimpulan di atas dapat ditarik sebuah implikasi, bahwa :
1. Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga dalam perspektif pendidikan Islam ternyata membutuhkan sosok orang tua ideal. Orang tua merupakan top figur dalam keluarganya, yang berperan sebagai orang tua sekaligus pendidik anak-anaknya. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus ada dalam diri orang tua sebagai pelaksana utama konsep pendidikan tauhid dalam keluarganya :
a.      Mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya.
b.     Memiliki pengetahuan Islam secara integral yang meliputi materi ketauhidan, akhlak dan ibadah.
c.      Memiliki wawasan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
d.     Memiliki wawasan tentang metode-metode pendidikan/pengajaran.
2.     Karena sulitnya untuk menjadi orang tua ideal diharapkan kepada lembaga perkawinan memberikan pendidikan atau pembekalan kepada setiap calon orang tua yang akan menikah. Lembaga perkawinan (KUA) harus memberikan gambaran tentang tanggungjawab orang tua terutama dalam mendidik anak-anaknya, karena anak-anak mereka adalah penerus kehidupan bagi bangsa dan agama. Terutama pendidikan tauhid setiap calon orang tua, meskipun selama ini telah ada pembekalan bagi setiap calon pengantin yang akan menikah namun hanya sebatas formalitas saja.
3.     Kepada rekan-rekan mahasiswa masih banyak peluang untuk meneliti kembali masalah pendidikan tauhid dalam keluarga, karena yang dibahas dalam skripsi ini masih pada materi dan metode. Masih banyak masalah-masalah lain yang belum dan perlu dibahas, seperti strateginya, dan lain sebagainya.

C.  Kata Penutup
Sebagai kata penutup, penyusun ingin mengucapkan alhamdulillah kehadirat Allah, yang telah memberikan semangat kepada penyusun untuk menyelesaikan skripsi ini, juga kepada pembimbing yang selalu memberikan dorongan dan motivasi.
      Namun demikian penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan masukan dan kritikan. Semoga apa yang penyusun tulis dalam skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi para orang tua. Marilah bersama-sama kita bentuk keluarga-keluarga muslim yang bertauhid, sebagai modal untuk membagun bangsa Indonesia tercinta.                           









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda atas blog kami sngat berguna buat perbaikan di kemudian hari.
tutur kata yang santun mencerminkan pribadi yg bijak.
terima kasih atas kunjungan dan komentarnya.